Sejarah Asal Usul Banyumas
Sejarah
Berbicara Kabupaten Banyumas pasti tidak lepas dari Desa Kejawar yang
merupakan cikal bakal kabupaten dan karsidenan Banyumas. Karena di Desa
Kejawar R. Joko Kahiman dibesarkan oleh paman dan bibinya (Kyai
Mranggi Semu dan Nyai Mranggi Semu / Rara Ngaisah). Hal ini karena
ayahanda R. Joko Kahiman (R. Banyaksosro) meninggal pada usia muda,
sedangkan R. Joko Kahiman masih kecil. Kyai Mranggi Semu merupakan
pembuat warangka keris dan garan pacul. Terkait masa kecil dan
dididiknya R. Joko Kahiman di Kejawar ini, maka tidak berlebihan kalau
dikatakan Kyai dan Nyai Mranggi Semu sangat besar jasanya dalam
menggembleng seorang Satria Banyumas yang nantinya akan dikenal karena
kebesaran hatinya membagi empat Kadipaten Wirasaba sehingga disebut
Adipati Mrapat, Adipati Warga Utama II, Adipati/Bupati Banyumas I.
Kyai Mranggi Semu Wafat dimakamkan di Desa Kejawar sedangkan Nyai
Mranggi (Rara Ngaisah) di Desa Binangun terletak 10 km ke arah barat
Alun-alun Kecamatan Banyumas, atau 5 km ke arah barat Kompleks Makam
Bupati Banyumas di Dawuhan. Makam Nyai Mranggi (Rara Ngaisah) ini
terletak di Dusun Wanasepi, Binangun, di atas bukit, di tengah
rerindangan pohon (dahulu di tengah hutan, sehingga ada yang mengatakan
Karangtengah, karena berada di atas bukit yang dikelilingi hutan). Rara
Ngaisah, atau lebih dikenal sebagai Nyai Mranggi, adalah adik kandung R.
Banyaksosro (ayahanda R. Joko Kahiman). Menurut cerita, setelah Kyai
Mranggi Semu di Kejawar meninggal dunia, maka Nyai Mranggi mengembara di
berbagai daerah sekitar Kecamatan Banyumas (kini), sampai tiba di Dusun
Wanasepi, Desa Binangun, di mana dia meninggal dunia dan dimakamkan.
Riwayat singkat Raden Djoko Kahiman ( Bupati Banyumas ke I )
Djoko Kahiman atau Raden Djoko Semangoen adalah putra Raden Harjo
Banjaksosro Adipati Pasir Luhur yang sejak kecil diasuh dan diambil anak
angkat oleh Kjai dan Njai Mranggi Semoe di Kejawar. Kjai Mranggi
sebenarnya namanya adalah Kjai Sambarta dan Njai Mranggi adalah Njai
Ngaisah. Setelah Raden Djoko Kahiman dewasa lalu mengabdikan dirinya
pada Kjai Adipati Wirasaba yang bernama Adipati Wargo Oetomo I dan
akhirnya Raden Djoko Kahiman menjadi menantu Wargo Oetomo I, dinikahkan
dengan putri sulungnya yang bernama Rara Kartimah.
Suatu ketika Adipati Wirasaba mendapat titah Sultan agar
mempersembahkan salah seorang putrinya untuk dijadikan garwa ampean.
Oleh Sang Adipati dipersembahkan putri bungsunya yang bernama Rara
Soekartijah, yang pada masa kecilnya pernah dijodohkan dengan putra
saudaranya yaitu Ki Ageng Tojareka, namun setelah dewasa Rara
Soekartijah menolak untuk berumah tangga dan bercerai sebelum berkumpul.
Sakit hati Ki Ageng Toyareka kemudian membuat fitnah yang menyebabkan
murka Sultan Pajang dan menyuruh Gandek supaya membunuh Adipati Wirasaba
dalam perjalanan pulang tanpa penelitian terlebih dahulu. Tetapi
sesudah diteliti menyesallah Sultan Pajang, kemudian menyuruh Gandek
untuk menyusul Gandek terdahulu supaya membatalkan rencana membunuh
Adipati Wargo Oetomo I, namun sudah terlambat. Tempat terjadinya di Desa
Bener, maka Adipati Wargo Oetomo I juga terkenal dengan sebutan Adipati
Sedo Bener, sedangkan makam dia di pasarehan Pakiringan, sebelah timur
kota Banyumas, sekarang masuk wilayah Purworejo Klampok.
Penyesalan Sultan Pajang kemudian menitahkan memanggil putra Adipati
Wirasaba supaya menghadap ke Kesultanan Pajang, namun semua putra Wargo
Oetomo I tidak ada yang berani menghadap, akhirnya dengan jiwa heroik
dan patriotis karena anggapannya akan dibunuh juga, berangkatlah Raden
Djoko Kahiman menghadap Sultan Pajang. Di luar dugaan Raden Djoko
Kahiman malah diangkat menjadi Adipati Wirasaba II dengan gelar Adipati
Wargo Oetomo II untuk menggantikan Adipati Wargo Oetomo I yang telah
wafat karena kesalah pahaman. Sultan Pajang memberikan segala
kebijaksanaan Kadipaten Wirasaba kepada Wargo Oetomo II.
Dengan kebesaran jiwanya Adipati Wargo Oetomo II tidak ingin
mementingkan dirinya sendiri (mukti sendiri), karena dia adalah anak
mantu, maka mohon restu agar diperkenankan untuk membagi daerah
kekuasaan Wirasaba menjadi 4 daerah. Menurut penelitian dan hasil
seminar, hari, tanggal, bulan, tahun diangkatnya Raden Djoko Kahiman
menjadi Adipati Wirasaba II yang bergelar Adipati Wargo Oetomo II
adalah : Jumat Kliwon, tanggal 12 Rabiul awal 990 H bertepatan dengan
tanggal 6 April 1582 M. Sekembalinya dari Pajang maka Raden Djoko
Kahiman yang telah diangkat menjadi Adipati Wirasaba II, dia membagi
daerah kekuasaannya menjadi empat, yaitu :
1. Banjar Pertambakan diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirojoedo
2. Merden diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirokoesoemo
3. Wirasaba diberikan kepada Kjai Ngabehi Wargowidjojo
4. Sedangkan dia R. Djoko Kahiman/Kjai Adipati Wargo Oetomo
II/Warga Hutama II, merelakan kembali ke Kejawar dengan maksud mulai
membangun pusat pemerintahn yang baru. Selanjutnya R. Djoko Kahiman
sebagai Bupati Banyumas ke I. Ketiga saudaranya berterimakasih dan
tetap tunduk kepada Adipati Wargo Oetomo II yang diangkat sah oleh
Sultan Pajang.
(Oleh Nurgiyanto, S.Pt. Sastrawan Perunggasan Indonesia tinggal di Desa Kejawar) Diambil dari berbagai sumber di Posting 11.12.13
Sunting Arief Setya
wah ini yg baru
ReplyDelete